“PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI”
Sebelum lebih
jauh membahas peranan komunikasi dalam organisasi, kita perlu memahami dahulu
pengertian dari komunikasi dan organisasi, berikut adalah penjelasannya :
A. Pengertian Komunikasi :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia :
Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; perhubungan.
2.
Menurut Wikipedia :
Suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi
dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan
dan orang lain. Suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain
3.
Menurut Onong Cahyana Effendi :
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung.
4.
Menurut Harold Laswell :
Gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa, kepada siapa
dan apa efeknya.
5.
Menurut Raymond Ross :
Proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa
agar membantu pendengar membangkitkan respons atau makna dari pemikiran yang
serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
6.
Menurut Everett M. Rogers :
Proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak
penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
7.
Menurut Carl I. Hovland :
Proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya
dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
8.
Menurut Theodore M. Newcomb :
Transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari
sumber kepada penerima.
9.
Menurut Bernard Barelson & Garry A. Steiner
:
Proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya
dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
B. Pengertian Organisasi :
1.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dalam
perkumpulan untuk tujuan tertentu;
kelompok kerja sama antara orang-orang
yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
2.
Menurut Wikipedia :
Suatu
kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.
3. Menurut
Prof. Dr.
Sondang P. Siagian :
Setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta
secara
formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan
yang mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan
seorang atau sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.
4. Menurut
Drs. Malayu
S.P. Hasibuan :
Suatu
sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat
dan wadah saja.
5. Menurut
Prof. Dr. Mr.
Pradjudi Armosudiro :
Struktur
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang
posisi yang bekerja sama untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu
6.
Menurut Stoner :
Suatu pola hubungan tertentu antara
orang-orang dibawah pengarahan atasan (pimpinan) untuk mengejar tujuan bersama.
7.
Menurut James D.
Mooney :
Suatu sistem aktifitas orang-orang yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerjasama.
8.
Menurut Stephen
P. Robbins :
Suatu kesatuan sosial yang secara sadar
dikoordinasi dengan suatu batasan yang telah ditentukan yang bekerjasama secara
terus menerus untuk mencapai satu atau sekelompok tujuan bersama.
9. Menurut Ernest Dale :
Suatu
proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan
suatu struktur atau pola hubunngan kerja
dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
10. Menurut Cyril Soffer
:
Perserikatan
orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja
dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan
kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu organisasi di dalamnya pasti terdapat sumber daya manusia (SDM) yang notabenenya manusia tersebut adalah mahkluk individu sekaligus juga makhluk sosial. Kemudian suatu organisasi membutuhkan yang namanya sistem atau manajemen sebagai acuan kerjanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sehingga sebagai makhluk sosial sudah
pasti memerlukan yang namanya komunikasi dengan makhluk sosial lainnya, sebab
komunikasi akan terjalin jika terdiri sekurang-kurangnya dua individu. Dalam
kaitannya dengan sistem dalam suatu organisasi, komunikasi sangat dibutuhkan
bahkan bisa dikatakan sangat vital kehadirannya karena sistem akan berjalan
dengan baik dan lancar sehingga dapat diterapkan kepada semua anggota suatu
organisasi mulai dari yang paling bawah sampai yang paling atas. Suatu
organisasi yang terbentuk tanpa adanya komunikasi yang baik dan lancar
merupakan organisasi yang tidak akan berjalan secara teratur sesuai sistem yang
ada, organisasi tersebut juga tidak akan berkembang bahkan bisa saja organisasi
tersebut akan mati.
Sebagai contohnya, dalam suatu perusahaan
para karyawannya tidak akan tahu apa yang akan dikakukannya dan apa yang
dikerjakan rekannya. Pemimpin tidak bisa memberikan instruksi dan menerima
masukan dari bawahannya. Koordinasi tidak berjalan, kerja sama tidak terjadi,
masing-masing orang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, kebutuhannya,
masalah yang dihadapinya dalam pekerjaan kepada rekannya, timnya, suvervisornya
atau kepada pimpinannya. Komunikasi merupakan aktivitas yang menghubungkan
antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Jika jenis dan
pembagian pekerjaan demikian banyak, beragam, dan berbeda-beda, maka dibutuhkan
suatu jembatan penghubung. Jembatan penghubung yang dimaksud di sini adalah
komunikasi.
1.
Menghasilkan
pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima
informasi pada semua tingkatan dalam organisasi.
informasi pada semua tingkatan dalam organisasi.
2.
Membangun iklim
organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktifitas organisasi.
produktifitas organisasi.
3.
Membangkitkan
kinerja orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi efektifitas organisasi.
akhirnya dapat mempengaruhi efektifitas organisasi.
Sehingga muncul suatu istilah, yaitu : “Tujuan suatu organisasi tidak mungkin
tercapai tanpa adanya suatu sistem atau manajemen di dalamnya, bahkan
sebaliknya suatu sistem atau manajemen tidak mungkin ada tanpa organisasi”. Korelasinya
antara komunikasi dan organisasi ada pada peninjauannya yang terfokus kepada SDM
yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi
Komponen yang dibutuhkan agar komunikasi
dapat terjalin :
1.
Pengirim atau
komunikator (sender) :
Pihak yang mengirimkan pesan kepada komunikan.
2.
Pesan (message) :
Informasi atau maksud yang akan
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
3.
Saluran (channel)
:
Media yang dipakai di mana pesan
disampaikan kepada komunikan.
4.
Penerima atau
komunikan (receiver) :
Pihak yang menerima pesan dari
komunikator.
5.
Umpan balik
(feedback) :
Tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikannya.
6.
Aturan (protokol)
:
Kesepakatan para pelaku komunikasi tentang
bagaimana komunikasi itu akan dijalankan.
Faktor yang mempengaruhi dalam suatu
komunikasi :
1.
Bahasa dan
tulisan :
Bahasa akan sangat berpengaruh jika berkomunikasi
lisan atau verbal sedangkan tulisan berpengaruh jika berkomunikasi tertulis
atau non-verbal dengan orang yang berbeda daerah, baik lokal secara suku maupun
internasional secara kewarganegaraan. Cara pengucapan, bentuk huruf dan tanda
baca yang berbeda dapat menimbulkan arti yang berbeda pula.
2.
Latar belakang
budaya :
Kesan suatu pesan akan terbentuk dari pola
pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang
budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
3.
Ikatan kelompok
atau group :
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu
kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
4.
Harapan :
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan
sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.
5.
Pendidikan :
Semakin tinggi pendidikan akan semakin
kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
6.
Situasi :
Perilaku manusia dipengaruhi oleh
lingkungan/situasi.
Fungsi komunikasi dalam organisasi menurut para ahli, antara lain :
1.
Menurut Sendjaja
:
a.
Fungsi Informatif
:
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan lebih tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
b.
Fungsi Regulatif
:
Fungsi ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif, yaitu:
ü
Berkaitan dengan
orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki
organisasi juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
ü
Berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
c.
Fungsi Regulatif
:
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan
dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d.
Fungsi Integratif
:
Setiap organisasi berusaha untuk
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut,
yaitu :
ü
Saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
ü
Saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
2.
Menurut Scott dan
T.R. Mitchell :
a.
Kendali, kontrol,
pengawasan.
b.
Motivasi.
c.
Pengungkapan
emosional.
d.
Informasi.
3.
Menurut Thayer :
a.
Memberi
informasi.
b.
Membujuk.
c.
Memerintah.
d.
Memberi
instruksi.
e.
Mengintegrasikan
organisasi.
Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu
organisasi :
A.
Komunikasi
Internal :
Proses komunikasi di antara para pengurus
dan anggota dalam ruang lingkup suatu organisasi, dalam struktur lengkap yang
khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal, sehingga kerja
organisasi dapat berjalan. Komunikasi internal terdiri atas empat bagian, yaitu
:
1.
Downward Communication
(komunikasi dari atas ke bawah) :
Komunikasi yang berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajer atau supervisor mengirimkan pesan
kepada bawahannya.
Fungsi komunikasi dari atas ke bawah antara
lain :
a.
Pemberian atau
penyimpanan instruksi kerja.
b.
Penjelasan dari
pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan.
c.
Penyampaian
informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.
d.
Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Metode komunikasi dari atas ke bawah antara
lain :
a.
Metode tulisan.
b.
Metode lisan.
c.
Metode tulisan
diikuti lisan.
d.
Metode lisan
diikuti tulisan.
2.
Upward Communication
(komunikasi dari bawah ke atas) :
Komunikasi yang terjadi ketika bawahan
mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi komunikasi dari bawah ke atas
antara lain :
a.
Penyampaian
informai tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
b. Penyampaian
informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan.
c.
Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan.
d.
Penyampaian
keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit
dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang
mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Alasan mengapa
komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit :
a.
Kecenderungan
bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
b.
Perasaan bahwa
atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai.
c.
Kurangnya
penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.
d.
Perasaan bahwa
atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang
disampaikan pegawai.
disampaikan pegawai.
3.
Horizontal Communication
(komunikasi sesama) :
Komunikasi yang berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi komunikasi sesama antara lain :
a.
Memperbaiki
koordinasi tugas.
b.
Upaya pemecahan
masalah.
c.
Saling berbagi
informasi.
d.
Upaya pemecahan
konflik.
e.
Membina hubungan
dan mempererat kekeluargaan melalui kegiatan bersama.
4.
Interline Communication
(komunikasi lintas saluran) :
Komunikasi untuk berbagi informasi melewati
batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi
lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab
mereka berhubungan dengan jabatan
fungsional. Kondisi yang harus dipenuhi dalam komunikasi lintas-saluran :
a.
Setiap pegawai
yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu
dari atasannya langsung.
b. Setiap pegawai
yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil
komunikasinya kepada atasannya.
B. Komunikasi Eksternal :
Proses komunikasi di antara para pengurus
dan anggota suatu organisasi dengan orang atau masyarakat umum.
1.
Komunikasi dari
organisasi kepada masyarakat.
Contohnya : konferensi pers, iklan, brosur
2.
Komunikasi dari masyarakat
kepada organisasi.
Contohnya : menerima saran kritik, hotline
customer service 24 jam
Dalam berkomunikasi diperlukan adanya gaya
komunikasi yaitu antara lain :
1.
Controlling Style
(gaya komunikasi mengendalikan) :
Dalam gaya komunikasi ini ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikasi satu arah atau one-way communications. Pihak - pihak yang memakai gaya
komunikasi ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding
upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian untuk berbagi pesan maupun pada umpan balik, kecuali jika umpan balik
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini,
tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. Gaya komunikasi ini sering
dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara
efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Sehingga tidak jarang gaya
komunikasi ini bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons
atau tanggapan yang negatif pula.
2.
Equalitarian
Style (gaya komunikasi kesamaan) :
Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah
adanya landasan kesamaan, ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way
communication). Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini adalah
orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina
hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam
lingkup hubungan kerja. Gaya komunikasi ini akan memudahkan tindak komunikasi
dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindakan berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu
organisasi.
3.
Structuring Style
(gaya komunikasi berstruktur) :
Dalam gaya komunikasi ini, memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang
harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut. Menurut Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of
Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang
mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan
Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien
adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih
memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.
Dynamic Style (gaya
komunikasi dinamis) :
Dalam gaya komunikasi ini memiliki
kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). Gaya komunikasi ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini
adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih
cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut.
5.
Relinquishing
Style (gaya komunikasi menerima)
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya
komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja
sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta
bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6.
Withdrawal Style (gaya
komunikasi penarikan)
Akibat yang muncul jika gaya komunikasi
ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan
dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain,
karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Yonatan Pandu Kristanto - 2KA30 - 17111565